Kumpulan Sejarah Biografi Terlengkap

Informasi Kumpulan sejarah biografi terlengkap, pengertian sejarah, apa itu sejarah, sejarah adalah.

LightBlog
Responsive Ads Here

Thursday, January 18, 2018

Sejarah Biografi : Biografi Tuanku Imam Bonjol - Pahlawan Nasional Dari Minangkabau

Beliau dikenal sebagai salah satu pahlwawan nasional yang berasal dari minangkabau di Suma Sejarah Biografi :  Biografi Tuanku Imam Bonjol - Pahlawan Nasional Dari Minangkabau
Profil dan Biografi Tuanku Imam Bonjol. Beliau dikenal sebagai salah satu pahlwawan nasional yang berasal dari minangkabau di Sumatera. Tuanku Imam Bonjol diketahui lahir pada tahun 1772 di Bonjol. Beliau memiliki ayah berjulukan Bayanuddin dan ibu berjulukan Hamatun. Ayah Tuanku Imam Bonjol terkenal sebagai seorang alim ulama asal Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol ialah Muhammad Shahab, namun dikala dewasa, banyak gelar diberikan kepada Muhammad Shahab yaitu Tuanku Imam, Malin Basa dan Peto Syarif. Ada salah seorang pemimpin dari Kamang yang berjulukan Tuanku Nan Renceh, ia merupakan Pemimpin Harimau Nan Salapan kemudian menunjuk Muhammad Shahab sebagai seorang imam atau lebih dikenal sebagai pemimpin untuk kaum padri di Bonjol. Sehingga dari situ ia kemudian lebih dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol.

Tuanku Imam Bonjol terkenal dikala perlawanannya melawan penjajah Belanda dalam perang Padri. Perang Padri merupakan perang terlama yang berlangsung dari tahun 1803 sampai 1838 yang melibatkan sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak. Awalnya memang perang tersebut mampu dikatakan sebagai perang saudara di Sumatera, Perang tersebut terjadi karena timbulnya pertentangan antara kaum padri yang terkenal dari kalangan ulama dengan kaum ada yang merupakan masyarakat dari kerajaan pagaruyung. Kaum Padri bekerjsama menginginkan biar hukum di daerahnya dijalankan sesuai dengan syariat Islam yang berpegang teguh pada Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, mengingat masyarakat disana masih memiliki kebiasaan buruk ibarat perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras serta hukum yang terlalu longgar, padahal masyarakat disana sudah banyak yang memeluk Islam. Tidak adanya kesepakatan antara kaum Padri dan kaum ada sehingga meletuslah perang Padri yang terkenal.

Awalnya perang padri melibatkan kaum padri yang dipimpin oleh Tuanku Pasaman. Tuanku Pasaman kemudian menyerang kaum budbahasa yang dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah. Serangan pertama di Pagaruyung terjadi pada tahun 1815 dan kemudian pertempuran selanjutnya pecah di Koto Tengah akrab Batu Sangkar. Pertempuran ini kemudian membuat Sultan Arifin Muningsyah terdesak dan terpaksa melarikan diri dari kerajaanya di Lubukjambi.
Beliau dikenal sebagai salah satu pahlwawan nasional yang berasal dari minangkabau di Suma Sejarah Biografi :  Biografi Tuanku Imam Bonjol - Pahlawan Nasional Dari Minangkabau
Lukisan Perang Padri
Tuanku Imam Bonjol Memimpin Perang Padri
Akibat terdesaknya kaum budbahasa dikala itu sehingga mereka kemudian meminta sumbangan Belanda, secara resmi kemudian Belanda membantu kaum budbahasa untuk berperang melawan kaum Padri melalui sebuah perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1821 di Padang. Isi perjanjian tersebut menyebutkan bahwa Belanda akan menerima penguasaan wilayah di pedalaman Minangkabau. Perjanjian tersebut dihadiri oleh Sultan Tangkal Alam Bagagar. Adanya campur tangan Belanda membantu kaum budbahasa melawan kaum padri membuat situasi semakin rumit.

Meskipun Belanda turut campur dalam perang Padri tersebut, tetapi Belanda juga cukup kesulitan dalam melawan Kaum Padri yang dikala itu sudah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Belanda yang kesulitan kemudian mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai, hal tersebut kemudian dituangkan dalam perjanjian Masang di tahun 1824. Perjanjian tersebut harus dilakukan oleh Belanda mengingat mereka dikala itu kehabisan dana untuk melaksanakan perang alasannya ialah belanda juga harus memadamkan perang yang terjadi di kawasan lain ibarat perang Diponegoro. Tetapi perjanjian tersebut tidak berlangsung lama alasannya ialah Belanda kemudian menyerang nagari Pandai Sikek.

Hingga pada tahun 1833, bendo Padri kemudian memasuki babak baru, Kaum budbahasa kemudian berbalik bersatu dengan kaum Padri melawan Belanda. Mengingat perang tersebut ternyata hanya menyengsarakan rakyat Minangkabau. Bersatunya Kaum Adat dan Kaum Padri ditandai dengan Plakat Puncak Pato di Tabek Patah.
...Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek kalian? (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?)
Kalimat diatas merupakan rasa penyesalan atas tindakan kaum Padri atas sesama orang Minang, Mandailing dan Batak. Belanda kemudian melaksanakan pengepungan dan penyerangan ke Benteng Kaum Padri. Pengepungan dan penyerangan ini berlangsung selama enam bulan. Agar pengepungan dan penyerangan tersebut berhasil, Belanda terus menerus meminta sumbangan pasukan dari Batavia. Hal ini kemudian membuat posisi Tuanku Imam Bonjol menjadi terjepit. Namun Tuanku Imam Bonjol tetap melaksanakan perlawanan dan tidak mau menyerah.

Akhir Perang Padri dan Penangkapan Tuanku Imam Bonjol
Pada tanggal 16 Agustus 1837 barulah benteng Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda setelah lama dikepung. Untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol sendiri, Belanda mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berunding di Palupuh pada bulan Oktober 1837. Di tempat itu ia kemudian ditangkap oleh Belanda dan kemudian diasingkan di Cianjur, Jawa Barat. Dari Cianjur, ia kemudian dibawa ke Ambon sampai kemudian dipindahkan di Lotak, Minahasa, akrab Manado. Disana Tuanku Imam Bonjol kemudian meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864 dan kemudian dimakamkan ditempat tersebut.
Beliau dikenal sebagai salah satu pahlwawan nasional yang berasal dari minangkabau di Suma Sejarah Biografi :  Biografi Tuanku Imam Bonjol - Pahlawan Nasional Dari Minangkabau
Wajah Tuanku Imam Bonjol pada Uang Lima Ribu.
Pemerintah Indonesia kemudian mengangkat Tuanku Imam Bonjol sebgaai Pahlawan Nasional berkat perjuangannya melawan penjajah Belanda. ia diberi gelar sebagai pendekar nasional pada tanggal 6 November 1973. Nama Tuanku Imam Bonjol juga banyak diabadikan sebagai nama Jalan, selain itu ia juga digambarkan dalam uang serpihan 5.000 rupiah. Nama Tuanku Imam Bonjol juga banyak digunakan sebagai nama ruang publik ibarat stadion dan nama universitas. Biografiku.com

No comments:

Post a Comment